OPINI—Bulan Ramadan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam. Setiap Muslim menantikan momen ini untuk meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Namun, bagi saudara-saudara kita di Gaza, Ramadan kembali disambut dalam kondisi yang penuh penderitaan akibat penjajahan Zionis Israel.
Gaza masih terperosok dalam keterpurukan, tak hanya karena serangan militer yang terus berlangsung, tetapi juga akibat pengkhianatan berkali-kali dalam perjanjian gencatan senjata yang dilanggar oleh Zionis. Situasi ini akan terus berulang selama kaum Muslimin belum bersatu dan membangun kekuatan bersama untuk melawan penjajahan.
Kaum Muslimin Terpecah oleh Nasionalisme
Salah satu alasan mengapa umat Islam tidak memiliki perlindungan (junnah) adalah karena mereka dipisahkan oleh sekat-sekat nasionalisme. Para penguasa negeri Muslim cenderung diam, bahkan beberapa di antaranya justru melindungi kepentingan Zionis akibat hubungan kerja sama dengan negara pendukung utama Israel, yakni Amerika Serikat.
Seharusnya, para pemimpin negeri Muslim sadar dan mengambil langkah nyata untuk menunjukkan keberpihakan mereka kepada Palestina. Bukan hanya melalui pernyataan diplomatis, tetapi dengan tindakan tegas, termasuk melepaskan diri dari pengaruh Barat dalam segala bentuknya.
Kurangnya respons serius dari negeri-negeri Muslim dalam membebaskan Palestina justru memberi ruang bagi Amerika Serikat untuk semakin berani menampilkan otoritasnya di dunia. Hal ini terlihat dari rencana yang beredar mengenai penguasaan Gaza dan relokasi penduduknya ke berbagai negara, termasuk Indonesia.
Amerika Semakin Menunjukkan Dominasi Globalnya
Dilansir oleh CNN Indonesia (20/01/2025), Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, disebut mempertimbangkan pemindahan sebagian dari dua juta warga Gaza ke Indonesia sebagai bagian dari rencana rekonstruksi pasca-agresi Israel.
Keberanian ini menunjukkan bagaimana Amerika ingin menegaskan dominasinya di kancah global. Meskipun ide tersebut menuai kontroversi dan ditolak oleh berbagai negara, terutama di Timur Tengah dan Indonesia, tetap saja tujuan utamanya jelas: menguasai seluruh wilayah Palestina, mengusir penduduk aslinya, dan membangun kembali kota yang akan dijadikan pemukiman Zionis.
Dukungan Amerika terhadap Israel bukanlah hal baru. Sejak lama, para pemimpin Amerika terus memberikan dukungan penuh kepada penjajahan Zionis, memungkinkan mereka untuk semakin menancapkan kekuasaan di tanah Palestina.
Kepemimpinan Islam Harus Ditegakkan
Kaum Muslim harus menyadari bahwa Palestina bukan hanya masalah rakyat Gaza, tetapi juga urusan seluruh umat Islam. Ini adalah musibah yang menimpa seluruh kaum Muslimin, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“Perumpamaan kaum Mukmin dalam perilaku saling mencintai, berkasih sayang, dan tolong-menolong di antara mereka adalah seperti satu tubuh. Jika ada bagian tubuh yang sakit, maka sekujur tubuh ikut merasakannya dengan tidak dapat tidur dan merasakan demam.” (HR. Muttafaq ‘alaih)
Dukungan Amerika terhadap Zionis seharusnya menjadi pelajaran bagi umat Islam bahwa keberadaan kepemimpinan Islam sangatlah penting untuk melawan dan mencegah pendudukan Zionis di tanah Palestina. Tanpa kepemimpinan yang kuat, umat Islam di Gaza akan terus hidup dalam penderitaan.
Masyarakat Gaza membutuhkan lebih dari sekadar keprihatinan dan pernyataan dukungan kosong dari pemimpin negeri Muslim. Mereka memerlukan perlindungan nyata dari sebuah kekuatan besar yang mampu melawan penjajah dan membela hak-hak mereka. Begitu pula dengan umat Islam di berbagai belahan dunia yang terus tertindas dan tidak memiliki pelindung yang sejati.
Inilah bukti bahwa umat Islam sangat membutuhkan seorang Khalifah, pemimpin tunggal yang menyatukan kekuatan Islam di seluruh dunia dan menerapkan syariah dalam semua aspek kehidupan. Rasulullah saw. bersabda:
“Imam (Khalifah) adalah perisai; di belakangnya kaum Muslim berperang dan berlindung.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Oleh karena itu, perjuangan untuk menegakkan kembali kepemimpinan Islam tidak boleh berhenti. Ini adalah tanggung jawab bersama, terutama bagi kelompok dakwah ideologis yang terus menggaungkan amar ma’ruf nahi munkar. Dengan kesadaran kolektif umat Islam, pembebasan Palestina bukan sekadar impian. Insya Allah, Ramadan di masa depan akan disambut dengan kemenangan, bukan dengan penjajahan. (*)
Wallahu a’lam.
Penulis: Nurdayanti, S.Pd. (Aktivis Muslimah)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.