Advertisement - Scroll ke atas
Opini

SMP Negeri di Tengah Kota Bandung Tak Memiliki Gedung, Negara Kian Abai

649
×

SMP Negeri di Tengah Kota Bandung Tak Memiliki Gedung, Negara Kian Abai

Sebarkan artikel ini
SMP Negeri di Tengah Kota Bandung Tak Memiliki Gedung, Negara Kian Abai
St. Naisah, SE (Pegiat Literasi)

OPINI—Enam tahun sudah SMPN 60 Bandung berdiri. Namun, sejak didirikan, sekolah tersebut tak memiliki bangunan sekolah sendiri. Hingga kini sebagian siswanya harus belajar di luar kelas demi mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM).

Sejak tahun 2018, SMPN 60 Bandung harus menumpang di gedung SDN 192 Ciburuy, Kecamatan Regol, Kota Bandung. Dengan jumlah siswa yang cukup banyak, sekolah ini memiliki sembilan rombongan belajar (rombel), tetapi hanya tujuh ruang kelas yang tersedia.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kondisi tersebut memaksa dua rombel lainnya belajar di luar ruangan, baik di teras sekolah dengan beralaskan terpal plastik maupun di bawah pohon yang sering disebut ‘DPR’ (di bawah pohon rindang).

Para guru menggilir rombel yang terpaksa harus belajar di luar ruangan kelas. Sehingga sembilan rombel pernah belajar di luar ruangan kelas. Mereka mulai belajar siang hari sebab ruangan kelas pada pagi hari digunakan oleh siswa SD Negeri Ciburuy. Selain ruang kelas yang terbatas, kegiatan belajar mengajar di luar ruangan sering terganggu cuaca, terutama saat hujan turun.

Tak hanya ruangan kelas, ruang kepala sekolah, ruang guru dan tata usaha (TU) juga dijadikan satu. Selain gunakan fasilitas kelas, lapangan milik SDN 192 Ciburuy juga digunakan siswa SMPN 60 Bandung. Karena siswa ini masuknya di siang hari, tidak ada upacara bendera yang dilakukan seperti sekolah umumnya, (Detik.com: 28/9/2024).

Rita Nurbaini, Humas SMPN 60 Bandung, mengungkapkan bahwa pihak sekolah sebenarnya telah mendapatkan bantuan kursi dan meja dari Dinas Pendidikan Kota Bandung. Namun, keterbatasan ruangan membuat fasilitas tersebut tidak dapat digunakan dengan optimal.

“Kami memiliki kursi dan meja, bahkan peralatan seperti laptop sudah disediakan, tapi karena kekurangan ruangan, siswa tetap harus belajar di luar,” jelas Rita, dikutip dari, (DetikJabar, Sabtu 28/9/2024).

Rita mengaku sudah mengajukan permohonan gedung kepada Dinas Pendidikan Kota Bandung. Namun, hingga saat ini belum mengetahui pasti perkembangan permohonan permintaan tersebut.

Sekolah tanpa Gedung adalah hal yang sangat miris. Apalagi sudah terjadi sejak sekolah itu berdiri tahun 2018, dan menumpang di bangunan SD Negeri, dan tidak semua kelas dapat tertampung dalam bangunan SD tersebut.

Mirisnya lagi, itu adalah SMP Negeri. Pendidikan adalah salah satu bidang penting dalam menentukan masa depan bangsa, merupakan kebutuhan pokok setiap individu rakyat. Namun yang terjadi saat ini, pendidikan tidak mampu dinikmati oleh seluruh generasi bangsa.

Walaupun ada berbagai kebijakan pendidikan atau jaminan pendidikan bagi generasi tapi tidak mampu menyentuh seluruh generasi untuk mendapatkan pendidikan dengan baik.

Sehingga dengan ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa negara sistem kapitalisme tidak berpihak penuh pada rakyat, dimana ketika sekolah berdiri karena kebutuhan rakyat, namun negara tidak memfasilitasi ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

Negara memang sudah mengalokasikan anggaran Pendidikan. Sayangnya dana sebenarnya sangatlah sedikit. Itupun hari ini ada banyak hal yang membuat dana tak dapat terserap sempurna, salah kelola, bahkan juga menjadi ajang korupsi.

Selain itu, sistem kapitalisme juga telah menghasilkan negara yang bermasalah secara ekonomi sehingga anggaran sekolahpun minim, yang otomatis pembangunan infrastruktur sekolahpun terhambat.

Disini bisa dilihat bahwa negara telah berlepas tanggung jawab dalam urusan pendidikan sebab negara kapitalisme jauh dari fungsi raa’in (pengurus) dan penanggung jawab atas seluruh urusan rakyat, selain itu urusan pendidikan juga cenderung diserahkan kepada swasta hal ini membuat perencanaan tidak matang.

Bahkan banyak sekali masalah yang lambat ditangani misal masih ada sekolah yang tidak memiliki bangunan dan di daerah yang lain masih ada yang rusak dimana pemerintah pusat belum merespon akan hal itu. Jadi, bagaimana bisa melahirkan generasi yang maju jika proses belajar mengajar tidak terpenuhi dengan baik.

Berbeda dengan Islam yang menjadikan Pendidikan sebagai salah satu bidang strategis untuk membangun peradaban yang maju dan mulia. Dimana Pendidikan itu akan diupayakan dalam pengurusan yang terbaik karena dengan pendidikanlah yang menjadi penopang dan penjamin tercetaknya generasi pemimpin peradaban terbaik. Sehingga, negara tidak akan membiarkan generasi tidak jelas arah pendidikannya dan akan dijamin segala fasilitas pendukung pendidikan.

Pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok rakyat yang wajib disediakan negara dengan anggaran yang bersifat mutlak. Negara dalam islam adalah raa’in (pengurus) sebagaimana hadist dikatakan.

“Seorang imam (penguasa) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat, iya akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sehingga dengan ini, negara akan mengurusnya dengan cara terbaik sesuai tuntunan syara. Negara mampu memenuhi kebutuhan anggaran, karena syara sudah menetapkan sumber-sumber pendapatan negara sesuai dengan sistem ekonomi Islam.

Dengan kepedulian negara Islam jelas tidak akan menghadirkan fakta yang memprihatinkan seperti saat ini, negara akan memberikan pendidikan terbaik untuk seluruh warga negaranya, demi mewujudkan peradaban gemilang.

Maka dari itu, islamlah satu satunya yang mampu menyelesaikan segala problematika kehidupan termasuk pendidikan. Wallahu A’lam Bish Shawab. (*)

 

Penulis: St. Naisah, SE (Pegiat Literasi)

 

***

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!