Advertisement - Scroll ke atas
  • Pimred Mediasulsel.com
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
News

BNPB Ajukan Anggaran Tambahan Rp500 Miliar untuk Tangani Gempa Sulteng

772
×

BNPB Ajukan Anggaran Tambahan Rp500 Miliar untuk Tangani Gempa Sulteng

Sebarkan artikel ini
Kawasan Petabo, Palu, Sulawesi Tengah yang hancur pasca hantaman gempa bumi, dilihat dari udara, 7 Oktober 2018. Sementara BNPB Ajukan Anggaran Tambahan Rp500 Miliar untuk Tangani Gempa Sulteng
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Kota Makassar
  • Banner DPRD Makassar

JAKARTA – ​Kepala BNPB Willem Rampangilei mengajukan dana tambahan siap pakai atau dana penanggulangan bencana kepada Kementerian Keuangan sebesar Rp500 miliar untuk penanganan gempa di Sulawesi Tengah.

“Kita mengusulkan sementara ini Rp500 miliar untuk kebutuhan Sulteng, jadi ini untuk tahap awal itu yang kita ajukan,” jelas Willem dalam jumpa pers di Graha BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Senin (8/10/2018).

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Dia menjelaskan, sejauh ini pihaknya sudah menggunakan sebagian dana siap pakai yang dikucurkan oleh Kemenkeu sebelumnya sebesar Rp565 miliar.

Dana tersebut digunakan untuk mendukung kegiatan operasional posko dan kegiatan kedaruratan lainnya.

Selain itu menurutnya, memasuki hari ke-10 pasca gempa bumi dan tsunami, situasi dan kondisi Sulawesi Tengah sudah berangsur normal, di mana kantor pemerintah sudah mulai beroperasi untuk melayani masyarakat, dan aktivitas ekonomi sudah mulai berjalan.

Ditambahkannya, setelah berkoordinasi dengan pihak Basarnas, masa tanggap darurat akan berakhir pada 11 Oktober 2018.

Meski begitu, pada 10 Oktober 2018 akan diadakan rapat kembali dengan Pemda setempat, untuk memutuskan apakah masa tanggap darurat tersebut akan dilanjutkan atau tidak.

Willem menjelaskan pertimbangan di hentikannya masa tanggap darurat ini, karena masa pencarian korban sudah 14 hari sejak terjadinya gempa.

Korban yang masih belum d temukan, diperkirakan sudah meninggal dunia. Dikhawatirkan apabila pencarian masih terus dilakukan, akan timbul masalah kesehatan bagi para personil yang melakukan pencarian korban.

“Tentunya setelah tanggal 11 berarti setelah 14 hari, bagaimanakah kondisi jenazah itu, apabila terus dilakukan pencarian yang harus menjadi pertimbangan adalah kesehatan.

“Jangan sampai pencarian itu dilakukan jadi kontra produktif, menimbulkan permasalahan baru dalam kesehatan,” lanjut Willem.

Lihat Juga:  Pemkot Makassar Juara Satu di Indonesia City Expo 2017 Apeksi

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Dukcapil setempat dan Kepala Desa yang melaporkan perkiraan 5.000 warga masih tertimbun di kawasan terjadinya likuifaksi yaitu di Petobo dan Balaroa, masih akan terus dipelajari, diverifikasi dan divalidasi. Menurutnya angka tersebut masih belum pasti.

Memasuki hari ke-10 pasca gempa bumi dan tsunami, jumlah korban meninggal terus bertambah.

Sampai pukul 13.00 WIB, jumlah korban meninggal 1.948 yang tersebar di Kota Palu 1.539 orang, 171 orang dari Donggala, 15 orang dari Parigi Moutong , Sigi 222 orang dan satu orang dari Pasangkayu, Sulawesi Barat.

Sementara untuk korban luka mencapai 10.679 orang, yang terdiri dari 2.549 luka berat dan 8.130 luka ringan. Lalu korban hilang dilaporkan sebanyak 835 orang.

Jumlah pengungsi sudah mencapai 74.444 yang tersebar di 147 titik dan jumlah pengungsi yang sudah keluar dari Kota Palu mencapai 8.065 jiwa.

Tercatat sebanyak 65.733 unit rumah rusak dan 2.736 sekolah rusak.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa kedepan pihaknya akan membangun hunian tetap bagi masyarakat yang terdampak gempa dan tsunami.

Menurutnya, akan dilakukan penelitian dari para ahli untuk menentukan wilayah yang aman untuk di bangun hunian tetap tersebut.

“Kita upayakan jangan terlalu jauh dengan tempat pekerjaan sekarang. Nah kita pindahkan cari tempat yang aman, cari tanah yang masih kosong, itu tidak gampang”

“Kemudian nanti kita bangunkan, biasanya proses pembangunan hunian tetap itu perlu waktu kebih dari setahun”

“Untuk menunggu hunian tetap mereka, relokasi tadi selesai mereka kita tempatkan di huntara (hunian sementara),” jelas Sutopo.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Sub Satgas Luar Negeri Pendampingan Pusat Bencana Gempa Sulteng Letjen TNI (Purn) Yoedhi Sawastono mengatakan sampai saat ini, bantuan asing untuk yang sudah tiba di Indonesia terdiri dari 10 negara.

Lihat Juga:  Pasca Gempa Lombok, Prajurit TNI Bongkar dan Bersihkan Rumah Warga

Yoedhi menjelaskan bantuan-bantuan para negara sahabat berupa pesawat udara ada yang masih berada di Indonesia dan ada yang sudah kembali ke negaranya.
Berdasarkan updateterbaru, hari ini tiba bantuan dari Korea dan juga Perancis.

“Untuk yang datang hari ini itu adalah bantuan dari Korea Selatan dan malam hari bantuan sahabat dari Perancis”

“Nah, permasalahan air sedang diproses, oleh karenanya dari Perancis memberikan bantuan the large water sanitation yang akan diawaki oleh 44 orang. Besok langsung terbang untuk membantu permasalahan air,” jelasnya.

Menurutnya, semua bantuan dari negara sabahat tersebut di tempatkan di Balikpapan, untuk kemudian dialihkan ke wilayah Palu. [VOA/shar]

error: Content is protected !!