Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Dirgahayu TNI ke-79
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Bullying, Produk Nyata Generasi Sekuler

1276
×

Bullying, Produk Nyata Generasi Sekuler

Sebarkan artikel ini
Bullying, Produk Nyata Generasi Sekuler
Ummu Khadijah (Tenaga Pendidik)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

Lihatlah, betapa perilaku generasi kita yang makin ke sini makin jauh dari karakter umat terbaik. Perundungan, kekerasan seksual, narkoba, perzinaan, tawuran, bunuh diri, pembunuhan, dan sebagainya, kerap mengintai generasi kita.

Kedua, pola asuh pendidikan sekuler masih mewarnai pendidikan di keluarga. Kebebasan berekspresi dan berperilaku kerap menjadi faktor pemicu anak-anak mudah mengakses tontonan berbau kekerasan dan konten porno.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Beberapa kasus perundungan pada siswa SD tersinyalir karena pelaku mengakses konten pornografi dan kekerasan lewat ponsel. Faktor kebebasan ini pula yang menjadi model bagi orang tua dalam mendidik anak-anak mereka.

Anak-anak mendapat banyak kemudahan dalam teknologi, tidak ada pengawasan, jadilah mereka mencontoh apa pun yang terakses melalui dunia digital dan media sosial.

Begitu pula, pola asuh mendidik ala sekuler mengakibatkan anak tidak kental dengan suasana keimanan di rumah. Budaya liberal seperti kebolehan pacaran, perilaku permisif (serba boleh), tidak ada sanksi ketika berbuat salah atau menyalahi Islam, dan pembelaan buta terhadap kesalahan yang anak perbuat, terkadang juga menjadi bibit perilaku perundungan.

Ketiga, kehidupan masyarakat yang individualistis makin mengikis kepedulian antarsesama. Masyarakat cenderung apatis ketika terjadi kriminalitas atau perbuatan yang mengarah ke perundungan jika yang dirundung bukan anak mereka.

Masyarakat tumbuh menjadi manusia yang mudah kalap, tersulut emosi dan kemarahannya, lalu saling membalas perilaku dengan kekerasan. Terkadang, perilaku mencela dan menghina secara verbal masih dianggap wajar dan sekadar perilaku normal nakalnya anak-anak.

Jika model masyarakat seperti ini terus berjalan, anak-anak kita juga yang akan terpengaruh dengan karakter masyarakat tempat mereka tumbuh dan berkembang.

Ketiga poin di atas menunjukkan betapa pentingnya peran pemangku kebijakan (negara), orang tua, dan masyarakat dalam mencegah perundungan agar tidak makin menjadi.

error: Content is protected !!