Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Dirgahayu TNI ke-79
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Memfungsikan Media dengan Benar

505
×

Memfungsikan Media dengan Benar

Sebarkan artikel ini
Memfungsikan Media dengan Benar
Riska Nilmalasari
  • Pemprov Sulsel
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Media telah menjadi bagian integral dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan media untuk mencari informasi, berkomunikasi, belajar, hiburan, dan banyak lagi. Namun, seringkali penggunaan media juga memiliki tanggung jawab, baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat yang lebih luas.

Hal tersebut sesuai dengan peran vital media sebagai informasi, pendidikan dan gagasan sehingga layak mendapat perhatian para pengambil kebijakan.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin mengajak media massa se-Asia mengoreksi kebijakan negara agar tetap berlaku adil dan berpihak kepada masyarakat. “Peran media sangat strategis dalam meningkatkan literasi di level individu, masyarakat, maupun institusi negara agar terbangun kesadaran kolektif,” kata dia Ma’ruf saaf membuka acara Asia Media Summit ke-18 di Nusa Dua, Badung, Bali.

Pernyataan tersebut cukup unik arahan wapres kepada media menjelang Pemilu 2024 sangat terasa tendensius, mengingat selama ini faktanya media justru menjadi alat pihak tertentu untuk mencapai tujuannya.

Sebuah berita tidak mungkin menyajikan seluruh fakta sosial dalam halaman surat kabar yang terbatas. Dari penjelasan tentang perjalanan sebuah peristiwa menjadi berita, jelas menunjukkan bahwa ada proses seleksi terhadap fakta-fakta yang akan disajikan dan tidak, bahkan seleksi terhadap dimuat dan tidaknya sebuah berita.

Proses seleksi ini tentu saja sangat subyektif tergantung pada wartawan dan redaktur yang mengisi berita tersebut. Benarkah berita di media massa memiliki dampak yang sangat besar?

Benarkah berita di media massa mampu menggulingkan seorang presiden atau membuat seseorang memuja dan membenci seorang tokoh? Mengapa di Indonesia pada era awal Orde Baru, pers begitu kuat, tetapi tidak menghasilkan apa-apa?

“Sesungguhnya, orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu, bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar dalam penyiaran berita bohong itu, baginya azab yang besar.”

Ayat di atas merupakan salah satu rangkaian 12 ayat yang mendudukkan “haditsul ifki” (berita dusta) yang menimpa Ummul Mukminin Aisyah ra..

Kekuatan berita bohong yang ditiupkan oleh si munafik Ubaidah bin Syalul di Madinah tersebut, sungguh luar biasa. Berita bohong tersebut telah merusak muruah Ummul Mukminin dan menyakiti hati baginda Rasulullah saw. Kalaulah wahyu tidak turun, niscaya akan terjadi pertikaian besar di tengah kaum muslim tersebab sebagian mereka termakan berita dusta tersebut.

Begitulah kekuatan berita atau informasi, luar biasa dahsyatnya. Padahal, saat itu belum mengenal media sebagai wadah informasi atau berita, baru berita dari mulut ke mulut. Apalagi hari ini, jangkauan informasi begitu luas dengan adanya berbagai media informasi. Jangkauan informasi yang disebar tentu akan jauh lebih cepat dan luas.

Menurut John Naisbitt, penulis buku fenomenal Megatrend, sumber kekuatan baru pada era sekarang bukanlah uang di dalam genggaman tangan beberapa orang, melainkan informasi yang ada di tangan banyak orang. Dengan demikian, bukan hal asing jika kekuatan adidaya hari ini betul-betul memanfaatkan media sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan dan memukul lawan politik yang mengancam.

Media massa di Indonesia saat ini cenderung banyak menyajikan berita hedonistik berjudul bombastis. Pada akhirnya, masyarakat dihadapkan pada pilihan informasi yang disrealitas. (Kuswandi, Analisis Interaktif Budaya Massa, Rineka Cipta, Cetakan ke-2).

Media yang seharusnya melayani kebutuhan informasi Masyarakat dikuasai pihak pemodal yang mengedepankan aspek untung rugi daripada aspek baik dan buruk. Dampaknya, penyesatan opini dari media-media yang mendominasi menimbulkan bahaya di tengah masyarakat.

Berdasarkan pantauan data BBC Monitoring, distorsi fakta di media seluruh dunia telah berlangsung sejak 1930-an. Kebebasan berpendapat dalam sistem demokrasi menjadi sumber masalah kesimpangsiuran dan terdistorsinya fakta di media. Tidak ada batas jelas antara berita yang benar dan salah sebab standar kebenaran ada di tangan manusia yang bersifat relatif

Media dalam Islam harus memiliki framing jelas ketika menyajikan berita, yaitu berdasarkan sudut pandang Islam. Ada kode etik jurnalis yang harus dipatuhi sehingga berita yang tersebar adalah berita sahih dan bisa dipertanggungjawabkan. Inilah kerja media dalam Islam.

Media massa dalam Islam akan menjadi alat konstruktif untuk memelihara identitas keislaman masyarakat sekaligus sarana dakwah yang menampilkan kemampuan dan kekuatan Islam. Media berperan strategis dalam perubahan sosial dan kultural. Ada sejumlah etika dalam pemanfaatan media massa, yakni :

Wajib memperhatikan konten yang hendak disebarkan, mengedukasi atau tidak, serta harus mendorong setiap manusia hidup sesuai syariat Islam. Memastikan konten yang disebarkan bersih dari berita bohong dan unsur penipuan. Konten harus berisi peringatan agar setiap orang tidak melanggar aturan Islam.

Konten tidak menimbulkan fitnah yang akhirnya merugikan kehormatan orang lain. Tidak boleh membuka aib orang lain kecuali mengungkapkan kezaliman. Haram mengadu domba seseorang atau sekelompok orang yang berujung pada perpecahan di tengah umat. Haram menyebarkan konten pornografi/pornoaksi ataupun pelecehan seksual, termasuk L687.

Allah Swt. berfirman, “Hai orang-orang yang beriman jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al-Hujurat: 6) Maka berhati-hatilah menyebarkan berbagai informasi dan menempatkan fungsi media dengan benar. Wallahu’alam bishowwab. (*)

 

Penulis
Riska Nilmalasari D.A, S.Pd

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!