OPINI—Dalam menyambut momentum hari sumpah pemuda, sejumlah organisasi kepemudaan lintas agama di Sulawesi Selatan (Sulsel) bersepakat menggelar kegiatan besar bertajuk “Salam Moderasi”.
Salam Moderasi ini disebut ekspresi bagi anak muda Sulsel untuk menunjukkan semangat persatuan dan keberagaman, bisa disuarakan lewat karya nyata, bukan lewat aksi di jalanan. kegiatan ini akan menampilkan berbagai agenda kreatif seperti EA Sport Festival, Madu Fun Running, dan Pasar Murah Pemudah.
Ketua Pemuda Katolik Sulsel, Erika Tansil, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat silaturahmi dan toleransi antar umat beragama. “Tagline-nya, pemudah Bersatu untuk Sulsel Maju dan Berkarakter”.
Kegiatan ini juga menjadi bukti bahwa pemuda Sulsel bisa berekspresi dan menghasilkan karya nyata Tanpa harus melakukan aksi demontrasi. (RakyatSulsel.co, 27/10/2025).
Para pemuda ini menjadi sasaran empuk bagi siapa saja yang menginginkan perubahan. Dengan segudang potensi yang dimiliki, menjadi aset berharga untuk mendapatkan keberhasilan. Inilah sebabnya proyerk moderasi beragama gencar menyasar generasi.
Moderasi Beragama Proyek Barat
Moderasi beragama ini di perkenalkan pertama kali oleh lembaga think tank Amerika, RAND Corporation, dalam dokumennya yang berjudul “Building Moderate Muslim Network” (membangun jaringan Islam moderat) pada tahun 2007. Artinya, istilah moderasi beragama bukan berasal dari para ulama.
Moderasi beragama ini lahir dari Barat yang memiliki pemahaman sekuler. Barang siapa yang menyetujui konsep tersebut maka telah sepakat bahwa agamanya mesti sesuai dengan pemahaman Barat. Itu berarti moderasi beragama sama dengan ‘beragama sesuai keinginan Barat ‘. Tentu ini sangat berbahaya bagi akidah umat Islam dan dapat menghambat kebangkitan Islam.
Sayangnya agenda global inilah yang di patuhi oleh negeri kita termasuk di Sulsel. Kaum muslimin menjadi pembebek sejati agenda global yang diciptakan oleh Barat.
Sistem Kapitalisme Sekuler Membajak Potensi Pemuda
Program Moderasi beragama pada umumnya adalah agenda barat untuk membendung kebangkitan Islam. Di mana pemuda muslim memiliki potensi yang luar biasa mampu menggetarkan dunia apabila kembali memegang teguh agamanya secara menyeluruh. Maka dari itu Barat memiliki kepentingan yang sangat besar untuk membajak potensi pemuda muslim.
Penjajah Barat sangat memahami potensi yang dimiliki para pemuda muslim. Maka melalui proyek Moderasi beragama inilah para penjaja Barat berupaya sekuat tenaga untuk meredam kebangkitan Islam.
Sehingga langkah yang paling efektif adalah mengalihkan potensi pemuda muslim sesuai dengan kepentingan mereka. Barat sangat menyadari apabila para pemuda kembali pada agamanya, maka akan datang kekuatan besar yang dapat menghancurkan peradaban Barat.
Namun apa bila para pemuda ini moderat dan liberal, maka akan kehilangan mimpi dan cita-cita kaum muslim. para pemuda juga akan kehilangan mimpi, rasa peduli, dan empati pada agamanya. Karena pemuda akan menghadapi permasalahan demi permasalahan dan tidak akan ada harapan untuk bangkit.
Akibatnya, pemuda muslim juga akan kehilangan identitasnya sebagai anak-anak umat yang harusnya menjaga Islam dan agamanya.
Buang Moderasi Beragama, Kembali ke Islam Kaffah
Setelah mengetahui siapa dalang dibalik ide moderasi beragama, umat Islam harus menyelamatkan generasi dari virus tersebut.
Pemuda harus disadarkan akan bahaya moderasi beragama serta mendapatkan penjelasan yang jelas mengenai Islam secara utuh, yaitu Islam kaffah. Agar mereka tidak terjebak dengan upaya barat yang ingin merusak generasi
Inilah saatnya pemuda muslim untuk peduli akan nasib negeri ini akibat tidak diterapkannya hukum Allah dalam seluruh aspek kehidupan. Pemuda muslim harus sadar bahwa mereka adalah kunci kemenangan bagi Islam. Wallahua’lambissawab. (*)
Penulis: Nurlinda
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.












