Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Inspirasi

Tradisi Menjelang dan Sesudah Hari Raya Idulfitri di Pasaman

406
×

Tradisi Menjelang dan Sesudah Hari Raya Idulfitri di Pasaman

Sebarkan artikel ini
Tradisi Menjelang dan Sesudah Hari Raya Idulfitri di Pasaman
Senia Febri Utari (Mahasiswi Prodi Sastra Minangkabau, Universitas Andalas)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

INSPIRASI—Hari Raya Idulfitri, juga dikenal sebagai Lebaran, adalah hari raya Islam yang dirayakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Ini merupakan hari penting yang menandai akhir bulan puasa Ramadan. Hari Raya Idulfitri merupakan hari kemenangan bagi masyarakat Islam yang telah berpuasa sebulan Ramadan.

Di Minangkabau salah satu masyarakat yang mayoritas beragama Islam, tentunya banyak sekali tradisi yang ada di Minangkabau menjelang penyambutan hari Raya Idulfitri maupun pas Hari Raya Idulfitri berlangsung.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Beberapa tradisi di Pasaman pada saat penyambutan Hari Raya Idulfitri sebagai berikut:

Pulang Basamo

Pulang Basamo biasanya tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau yang berada di perantauan.

Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ikatan keluarga Minang di tanah rantau. Nuansa kekerabatan, persaudaraan, serta kepedulian terasa sangat kental dalam momen ini.

Bisa dibilang sudah sangat mendarah daging. Masyarakat rantau pulang bersama-sama untuk menyambut hari raya Idulfitri dengan bersukaria mengobati rasa rindu terhadap kampung halamannya.

Malamang

Lamang adalah penganan berbahan dasar beras ketan putih yang direndam dengan santan dan dimasak dalam sebuah ruas bambu dan disajikan dengan tapai sipuluik yang terbuat dari beras ketan hitam atau merah.

Memasak lamang bisa memakan waktu 5-6 jam, untuk itu biasanya lamang akan dimasak menggunakan bara api dan dalam jumlah banyak sekaligus. Memasak lamang dilakukan bersama-sama dengan saudara , hal ini juga yang membah kerja sama antar saudara

Marandang

Rendang dan lebaran tak dapat disingkirkan dari masyarakat Minangkabau, meski harga daging naik, namun mereka tetap berusaha membeli daging untuk marandang. Masyarakat Pasaman setiap tahunnya akan menyembelih kerbau. Setelah kerbau disembelih dagingnya dibagikan ke setiap masyarakat hal inilah yang menyebabkan setiap rumah marandang.

Mambuek kue

Membuat kue merupakan hal yang wajib dilakukan pada saat menjelang lebaran. Banyak sekali kue yang dibuat salah satunya adalah kue sapik, kue kambang loyang, kue ruku-ruku, kue sagu bakar ,kue bawang dan lain sebagainya. Membuat kue juga bersama-sama hal ini juga menjadi momen kebersamaan keluarga dalam membuat kue.

Pawai Obor

Malam Takbiran Adalah “Pawai Obor”. Pawai Obor merupakan salah satu tradisi tahunan yang bertujuan untuk memeriahkan penyambutan Hari Raya Idulfitri, di Pasaman tepatnya di Kampung Katimahar, jorong Katimahar, kecamatan Panti, kabupaten Pasaman, setiap tahunnya Pemuda-Pemudi kampung Katimahar mengadakan pawai obor.

Pada siang hari pemuda-pemudi akan gotong royong membuat pusung (obor) yang bahan dasarnya terbuat dari bambu yang dipotong dengan panjang yang telah ditentukan, setelah di potong masukan minyak tanah ke dalam pusung serta pusung di beri sumbu agar bisa menyala seperti obor.

Pada malam takbiran, setelah shalat isya pemuda/pemudi dan juga anak-anak akan berkumpul di halaman masjid jam’i Katimahar untuk melaksanakan pawai obor, masing-masing orang memegang satu pusung, setelah semua kebagian semua orang berbaris sambil membawa pusung yang telah ditentukan dan mengilingi kampung dan melafazkan Allahu Akbar (Takbir).

Selain hanya untuk memeriahkan penyambutan Hari Raya Idulfitri hal ini dilakukan bertujuan agar tetap terjalinnya silaturahmi antar masyarakat dirantau yang telah pulang kampung juga bisa mengobati rasa rindu orang rantau yang telah lama tidak mengelilingi kampung halamannya.

Makan Baradat

Makan Baradat ini merupakan tradisi makan di rumah gadang dengan makanan khas Pasaman yang disebut dengan Kosa. Bahan dasar dari kosa adalah daging kerbau yang direbus dan dibumbui dengan bumbu mentah dan dihidangkan bersama kuah kuning.

Makanan kosa ini mempunyai cita rasa yang sangat unik. Makanan ini hanya ada setahun sekali pada saat menjelang Hari Raya Idulfitri. Makanan inilah yang akan dihidangkan pada saat makan Baradat.

Makan beradat ini bertujuan untuk bersilaturahmi antara niniak mamak, alim ulama, cadiak pandai, dan petinggi-petinggi lainnya yang ada di kampung. Pada malam itulah semua saling bersalaman dan bermaaf-maafan serta juga membahas perkembangan kampung.

Manjalang ka Rumah Sanak Saudara

Tradisi pas Hari Raya Idul Fitri adalah manjalang Karumah Sanak Saudara . Setelah melakukan Shalat Idul Fitri maka orang-orang akan bersalaman saling bermaaf-maafan dan dilanjutkan dengan pergi ke rumah sanak saudara.

Pada diri saya sendiri saya berserta semua sepupu akan pergi beraya ke rumah nenek-nenek. Dimulai dari rumah nenek yang paling tua hingga nenek yang paling kecil.

Setelah bermaaf-maafan kami dihidangkan makan yaitu makan SOP daging, setelah makan kami akan diminta nenek berbaris untuk dikasih THR, momen inilah yang sangat ditunggu-tunggu setiap tahunnya. Setelah dari rumah nenek yang satu ke rumah nenek yang lainnya begitulah seterusnya.

Manambang

Manambang adalah mendatangi rumah tetangga, saat hari raya lebaran. Tradisi ini biasa dilakukan oleh anak-anak secara berombongan. Inilah momen yang ditunggu oleh anak-anak saat lebaran. Karena mereka bukan hanya sekedar berkunjung, mereka biasa dapat ’Salam Tempel’ atau amplop THR dari tuan rumah. THR yang mereka peroleh sering kali adalah uang kertas cetakan terbaru yang masih bau aroma percetakan.

Manjalang mintuo

Manjalang Mintuo secara bahasa berarti mendatangi mertua. Ini biasa dilakukan pada hari-hari raya. Dimana menantu perempuan membawa hidangan dimasaknya sendiri seperti kue, lamang untuk disuguhkan ke mertuanya. Setelah itu mertuanya juga menukarkan kue, lamang itu dengan kue yang ada dirumahnya.

Perayaan Hari Raya

Dalam rangka perayaan hari raya Idulfitri, masyarakat kampung Katimahar khususnya pemuda-pemudi kampung Katimahar membuat acara setiap tahunnya guna untuk memeriahkan Hari Raya Idulfitri. Pemuda-pemuda membuat acara untuk anak-anak maupun remaja, beberapa acara yang diadakan sebagai berikut:

Panjat pinang

Pemuda-pemudi mengadakan acara panjat badang pinang guna untuk melatih kerja sama antar sesama. Batang pinang yang telah disediakan hadiah pada bagian puncak Batang pinang.

Tetapi untuk mencapai hadiah yang berada di puncak batang pinang harus melewati rintangan yang sangat sulit yaitu memanjat batang pinang yang sangat licin. Untuk itu sangat diperlukan sekali kerja sama yang baik sehingga bisa memanjat batang pinang mencapai puncaknya.

Masyarakat sangat bahagia sekali menyaksikan orang yang memanjat batang pinang dengan susah dan juga meapresiasi sekali orang yang bisa sampai ke puncak.

Jika seseorang telah sampai puncak maka banyak sekali anak-anak menunggu di bawah batang pinang agar semua hadiahnya di lempar-lempar ke bawah ,dan anak-anak sangat bergembira sekali pada saat berebut hadiah yang sudah dilempar-lemparkan.

Bola kain sarung

Pemuda-pemudi mengadakan acara main bola kain sarung , dalam permainan ini setiap regu beranggotakan 5 orang. Jika kita melihat orang bermain bola dengan pakaian olahraga, namun pada permainan ini kita akan melihat orang main bola dengan memakai kain sarung.

Hal inilah yang menambah tantangan pada saat bermain bola dengan menggunakan sarung. Namun hal ini merupakan permainan yang sangat seru dan melatih kaki agar bisa berlari dengan leluasa. Permainan ini tidak hanya dimainkan oleh laki-laki saja tetapi perempuan juga bisa ikut main bola kain sarung ini.

Menggigit uang dalam limau

Menggigit uang dalam limau ini hanya dibuat untuk anak-anak SD. Pada limau ditusukan beberapa uang koin dan limaunya di kasih pewarna dan digantung. Limau di kasih pewarna bertujuan agar pada saat mengigit limau untuk mengambil uang itu, mulut anak-anak itu akan merah.

Hal ini bertujuan untuk melatih keberanian anak-anak berani berbuat berani mengambil resiko, dan setiap yang diperoleh pasti melalui sebuah pengorbanan. (*)

 

Penulis:
Senia Febri Utari
(Mahasiswi Prodi Sastra Minangkabau, Universitas Andalas)

 

***

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!