Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Sidrap
  • Pemkab Maros
  • Universitas Dipa Makassar
  • Media Sulsel
Opini

Gaza Emergensi, Mengapa Dunia Masih Buta dan Tuli?

1239
×

Gaza Emergensi, Mengapa Dunia Masih Buta dan Tuli?

Sebarkan artikel ini
dr. Ratih Paradini (Dokter, Aktivis Dakwah)
dr. Ratih Paradini (Dokter, Aktivis Dakwah)
  • DPRD Kota Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • Pascasarjana Undipa Makassar
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Makassar

OPINI—Hari ini kita dipertontonkan secara vulgar orkerstra genosida terbesar di dunia, tetapi seolah tangan dan kaki kita dipasung tanpa bisa berbuat banyak sementara kaum penjajah tetap sewenang-wenang merenggut nyawa-nyawa tidak bersalah bahkan menjadikan para bayi korban-korban yang kehilangan kepala.

Bahkan di hari raya Idul Fitri saat muslim sedunia berbahagia, Gaza malah berduka karena kembali terluka. Israel melakukan penyerangan pada 30 Maret 2025 bertepatan dengan perayaan Idul Fitri di Gaza, tercatat 35 orang tewas dalam serangan ini.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Adapun total korban jiwa sejak Oktober 2023 lalu diperkirakan lebih dari 50.200, sedangkan korban yang terluka lebih dari 114.000 orang (tempo.co 31-Maret-2025)

Gaza emergensi

“Gaza benar-benar menghembuskan nafas terakhirnya. Kami tidak akan mengganggu kalian lagi dengan kabar dari kami. Ini hanya tinggal menghitung hari dan semua akan gugur menjadi syuhada…” (Mustafa Darwesh, Guru di Gaza)

Dari ungkapan salah satu warga Gaza tersebut tergambar bahwa Gaza dalam kondisi emergensi. Jika diibaratkan manusia, Gaza dalam kondisi kesadaran menurun, Tekanan darahnya semakin rendah, nadi semakin melemah dan suhu semakin dingin. Bayangkan jika dalam kondisi seperti ini adalah orang tua atau anak kita, masih sempatkah kita untuk berjoget sambil tertawa dan melupakannya?.

Tentu tidak, kita akan fokus mendampingi, mendoakan dan membantu sebisa mungkin kebutuhan yang diperlukan. Apalagi antara muslim satu dengan yang lainnya, kata Rasulullah bukan sekadar hubungan Ibu atau anak namun diibaratkan satu tubuh yang sama sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Rasulullah bersabda:

“Kamu akan melihat orang-orang mukmin saling mengasihi, mencintai, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga, panas dan turut merasakan sakitnya”.

Namun mengapa kaum muslimin saat ini tidak merasa satu tubuh dengan Gaza? Bahkan seolah buta dan tuli terhadap kondisi mereka.

Mengapa dunia buta dan tuli?

Konsep satu tubuh telah tercabik oleh konsep nation state yang telah disuntikkan Barat kepada negeri-negeri muslim. Berkat pemikiran nation state, negeri-negeri muslim menjadi individualis dan melihat antara Palestina dengan negerinya sebagai tubuh yang berbeda.

Adapun ketika berupaya membela Palestina paling hanya sampai memberikan sedikit bantuan dana, mengecam agresi militer Israel ataukah bersuara di forum internasional saja. Sementara itu semua tidak membuat Israel menghentikan serangannya.

Selain itu, memberikan dukungan kepada Palestina akan berdampak pada kerja sama ekonomi dan politik khususnya kepada Amerika yang selama ini setia kepada Israel.

Padahal satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Palestina adalah menghentikan langkah Israel penjajah dengan perlawanan militer bersenjata. Sayangnya, negeri muslim tidak ingin terlibat apalagi mengeluarkan biaya besar khususnya dalam pengiriman militer sebab merasa masalah Palestina bukan masalah internalnya.

Sekularisme Biang Keladi

Dalam kondisi Gaza yang emergensi seharusnya kepentingan ekonomi dan stabilitas politik negeri-negeri muslim tidak menjadi alasan lagi sebab satu nyawa yang terbunuh sangat mahal harganya. Allah SWT berfirman

“Barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia” (Q.S Al-maidah ayat 32)

Begitulah tabiat negeri yang menerapkan sistem sekularisme, persoalan untung rugi secara materi masih menjadi standarisasi meskipun jelas kekejian genosida telah terjadi dan merenggut ribuan nyawa manusia tidak bersalah. Ini bukan persoalan kaum muslimin lemah dan sedikit melainkan karena telah digerogoti penyakit wahn yakni penyakit cinta dunia dan takut mati.

Rasulullah Saw bersabda “Jumlah kalian pada saat itu banyak. Akan tetapi kalian bagai sampah yang dibawa oleh air hujan. Allah akan menghilangkan rasa takut pada hati musuh kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian wahn. Kemudian seseorang bertanya,”Apa itu wahn ?” Rasulullah berkata,”Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud).

Paham sekularisme telah menjadikan orientasi hidup muslim bukan lagi ibadah kepada Allah melainkan untuk mencari materi dan kesenangan dunia sehingga persoalan masalah Gaza bukan menjadi agenda utama. Itulah sebabnya negeri muslimin seolah menjadi buta dan tuli.

Potensi Kekuatan Negeri Muslim

Sebenarnya negeri-negeri muslim punya potensi untuk menyelesaikan problem Palestina atau mengambil langkah yang lebih berani. Namun pemimpin-pemimpin negeri muslim seolah tak punya nyali. Jika yang ditakutkan adalah Amerika, negeri-negeri muslim bisa melakukan embargo misalnya, menghentikan penjualan minyak bumi ke Israel dan Amerika sebagai bentuk tekanan ekonomi dan politik.

Negeri-negeri muslim juga memiliki kesempatan untuk memboikot produk-produk Israel, ini tentu lebih efektif dibandingkan boikot yang hanya dilakukan oleh individu saja. Bukan hanya itu, ketika kekuatan militer negeri-negeri muslim bersatu maka itu akan sangat mampu mengalahkan tentara Israel.

Potensi militer ummat Islam di beberapa wilayah timur tengah saja jika dijumlah ada sekitar 1,967 juta yang terdiri dari Mesir Memiliki lebih dari 440.000 personel aktif. Iran Memiliki lebih dari 610.000 personel militer aktif, 291.000 paramiliter, dan 350.000 personel cadangan militer. Uni Emirat Arab, Qatar, Suriah dan Yaman masing-masing memiliki 65.000, 66.550,100.000 dan 45.000 personil militer aktif.(Internasional.sidonews.com 13-Desember-2023). Sedangkan tentara Israel jumlahnya hanya sekitar 169.500 personel (cnnindinesia.com 27-Oktober-2024).

Jihad dan Khilafah Solusi Untuk Palestina

Seruan jihad untuk selamat Palestina telah dikemukakan pula oleh International Union of Muslim Scholars (IUMS) yakni lembaga yang menghimpun kalangan ulama dan cendekiawan internasional. Seruan jihad bisa efektif dilakukan bila sistem kepemimpinan yang diterapkan adalah sistem Khilafah sebab sistem khilafah meniscayakan adanya persatuan kepemimpinan negeri-negeri muslim.

Standar Khilafah adalah Al-qur’an dan As-sunnah bukan kepentingan materi sehingga tidak akan pernah menganggap rugi jika banyak biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan kewajiban jihad terutama dalam rangka menyelamatkan nyawa kaum muslimin di Gaza. (*)

Penulis: dr.Ratih Paradini (Dokter Umum, aktivis dakwah)

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!