OPINI—Ramadhan baru berlalu. Umat Islam bergembira memasuki bulan Syawal. Namun Idul Fitri yang semestinya dirayakan dengan penuh kegembiraan, akan diwarnai oleh kenyataan pahit, bahwa negeri ini masih berada dalam kegelapan. Berbagai permasalahan mendera umat hampir di semua lini kehidupan baik di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, peradilan, dan hukum, terus bermunculan sebagai dampak dari penerapan sistem kapitalisme demokrasi sekuler.
Korupsi, termasuk skandal mega korupsi, merajalela di hampir semua sektor. Beban utang negara beserta bunganya semakin membengkak. Pengangguran dan gelombang PHK terjadi di berbagai daerah. Oligarki semakin leluasa merampas tanah rakyat di banyak wilayah. Berbagai jenis pajak yang terus meningkat semakin menekan kehidupan masyarakat. Tingkat kemiskinan kian melonjak, sementara persoalan moral dan sosial semakin mengkhawatirkan. Penegakan hukum pun masih berpihak pada kelompok berkuasa namun keras terhadap rakyat kecil. Keadilan pun semakin sulit untuk diwujudkan.
Di berbagai belahan dunia, terutama di negara-negara Muslim, situasinya tidak jauh berbeda—tetap diselimuti kegelapan. Salah satu bukti nyata dari penderitaan yang dialami Dunia Islam adalah tragedi yang menimpa rakyat Palestina selama lebih dari tujuh dekade di bawah penjajahan entitas Zionis. Penjajahan ini terus berlangsung selama puluhan tahun karena mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat yang berhaluan imperialisme. Dalam peristiwa terbaru sepanjang setahun terakhir, puluhan ribu warga Palestina, termasuk anak-anak dan perempuan, telah menjadi korban kebrutalan tentara Zionis dengan senjata yang pendanaannya berasal dari AS.
Diksi “Indonesia Gelap” yang digaungkan oleh para mahasiswa dalam aksi massa merupakan refleksi nyata atas kondisi negeri yang semakin ruwet dan seolah tidak menemukan jalan keluar. Berbagai kebijakan yang tidak prorakyat, maraknya korupsi, serta lemahnya ketegasan pemerintah dalam menghadapi berbagai persoalan menjadi bukti nyata bahwa sistem yang berjalan saat ini tidak mampu membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Namun, yang harus dipikirkan lebih jauh bukan hanya sekadar mengganti kebijakan atau rezim. Karena berbagai kebijakan dan rezim telah berubah, namun belum memberikan dampak positif dan baik bagi rakyat. Maka perlu pemikiran mendalam untuk mencari akar masalah dari semua masalah yang terjadi yaitu merubah sistem yang rusak. Sistem demokrasi yang saat ini dianut terbukti gagal memberikan keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat. Sebaliknya, demokrasi justru membuka celah bagi kepentingan oligarki yang semakin menindas rakyat kecil.
Dalam sistem demokrasi, kedaulatan ada di tangan rakyat. Artinya, rakyat atau manusialah yang diberikan kewenangan untuk membuat aturan dalam kehidupan. Padahal ketika manusia membuat hukum sendiri maka dipastikan hukum yang dihasilkan sarat dengan berbagai kelemahan dan kekurangan.
Sistem sekuler kapitalisme demokrasi sejatinya hanya membidani para pemimpin yang akan membuat kebijakan yang tunduk pada kepentingan kapitalis atau oligarki. Sistem demokrasi sekuler dengan kebebasan kepemilikannya memberi kewenangan pada korporat untuk menguasai sumber daya alam. Padahal sumber daya alam tersebut merupakan milik umum / milik seluruh rakyat. Sehingga oligarki melakukan ekploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam. Hal ini menimbulkan dampak lingkungan seperti banjir, sekaligus menghilangkan sumber pendapatan negara.
Maka, solusi sejati untuk keluar dari kegelapan ini adalah dengan kembali kepada Islam sebagai cahaya kehidupan. Islam bukan hanya sekadar agama, melainkan juga sistem kehidupan yang mencakup semua aspek, mulai dari politik, ekonomi, hukum, hingga sosial. Islam memiliki aturan yang bersumber dari wahyu Ilahi, yang menjamin keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh manusia, bukan hanya bagi segelintir elit. Berbeda dengan demokrasi yang menempatkan kedaulatan di tangan manusia, Islam menempatkan kedaulatan di tangan syariat, di mana hukum yang diterapkan adalah hukum yang berasal dari Allah SWT, bukan dari kepentingan politik atau modal.
Padahal Allah Swt. telah memberikan solusi yang jelas bagi setiap persoalan hidup yang dihadapi manusia. Ini sebagaimana firman-Nya, “Kami telah menurunkan Kitab Al-Qur’an ini sebagai penjelasan atas segala sesuatu sekaligus sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi kaum muslim.” (QS An-Nahl [16]: 89). Demikian sebagaimana firman-Nya, “Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin?” (QS Al-Maidah [5]: 50).
Sejarah telah membuktikan bahwa ketika Islam diterapkan secara kafah, masyarakat dapat hidup dalam keadilan dan kesejahteraan. Pada masa kejayaan Islam, hukum ditegakkan dengan adil, ekonomi berjalan stabil tanpa ketimpangan yang tajam, dan penguasa benar-benar berfungsi sebagai pelayan rakyat. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi hari ini, di mana hukum hanya menjadi alat politik, ekonomi dikuasai oleh segelintir orang, dan penguasa lebih sibuk mengamankan kekuasaan daripada mengurusi rakyatnya.
Dalam bukunya “What Islam Did for Us: Understanding Islam’s Contribution to Western Civilization”, Tim Wallace-Murphy mengungkapkan bahwa peradaban Islam memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan peradaban Barat. Wallace-Murphy menyoroti bagaimana Islam, melalui peradaban Muslim di abad pertengahan, menjadi jembatan yang menyelamatkan dan mengembangkan warisan ilmu pengetahuan Yunani-Romawi. Bangsa Eropa memperoleh kembali pengetahuan ini melalui interaksi dengan dunia Islam, terutama melalui Spanyol Islam (Al-Andalus), Sisilia, dan Perang Salib.
Dia juga menekankan bahwa banyak pencapaian ilmuwan Muslim,seperti Al-Khwarizmi dalam matematika, Ibn Sina dalam kedokteran, menjadi fondasi bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern di Eropa. Tanpa kontribusi Islam, kebangkitan intelektual di Eropa, termasuk Renaisans, mungkin tidak akan terjadi secepat yang terjadi dalam sejarah. Secara keseluruhan, Wallace-Murphy berargumen bahwa dunia Barat berutang banyak pada Islam atas kemajuan intelektual, sosial, dan budaya yang membentuk peradaban mereka hari ini.
Allah SWT telah menegaskan dalam QS Ibrahim: 1, bahwa Al-Qur’an diturunkan untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Islam adalah satu-satunya jalan keluar dari kegelapan yang meliputi negeri ini. Dengan penerapan syariat Islam secara menyeluruh, bukan hanya Indonesia, tetapi dunia akan mendapatkan cahaya kehidupan yang sesungguhnya. Maka, sudah saatnya seluruh elemen masyarakat bersatu dalam perjuangan mewujudkan kehidupan Islam yang membawa keadilan dan kesejahteraan bagi semua. (*)
Wallahu a’lam bisshawab.
Penulis: Tatik Maslihatin, S.T, M.Kom (Akademisi)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.