Advertisement - Scroll ke atas
  • Pemkot Makassar
  • Dirgahayu TNI ke-79
  • Bapenda Makassar
  • Universitas Diponegoro
Opini

Rapor Hijau IPM Sulsel

484
×

Rapor Hijau IPM Sulsel

Sebarkan artikel ini
Rapor Hijau IPM Sulsel
Sabiludyn Raka Pradikta, SST (Statistisi Ahli Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto)
  • Pemprov Sulsel
  • Ir. Andi Ihsan, ST, MM (Kepala Biro Umum Pemprov Sulsel)
  • PDAM Makassar
  • Pilkada Sulsel (KPU Sulsel)

OPINI—Pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak bulan Februari 2020 ternyata membawa dampak yang cukup signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Jika dilihat secara nasional, beberapa Provinsi di Indonesia mengalami penurunan dan perlambatan pertumbuhan IPM, namun beberapa Provinsi justru menunjukkan kinerja pembangunan yang baik di tengah pandemi, salah satunya adalah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel).

IPM Sulsel mengalami kenaikan secara signifikan pada saat masa pandemi sebesar 0,38 persen (naik 0,27 poin) dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini menjadi yang tertinggi ketiga secara nasional, dibawah Provinsi Papua Barat (naik 0,60 poin) dan Provinsi Sulawesi Barat (naik 0,58 poin).

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Apa yang menyebabkan kenaikan tersebut?

Secara singkat, IPM menunjukkan bagaimana kualitas penduduk suatu wilayah dalam dalam memperoleh pendapatan, akses kesehatan dan pendidikan. Peningkatan kualitas hidup di Sulsel terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan terus meningkatnya IPM Sulsel dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil rilis Berita Resmi Statistik BPS Provinsi Sulsel Desember lalu, pada tahun 2020 IPM Sulsel telah berhasil mencapai angka 71,93.

Diketahui bahwa IPM terbentuk dari tiga dimensi utama yakni pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Peningkatan IPM di Sulsel juga tidak terlepas dari peningkatan kualitas ketiga dimensi tersebut.

Penyebab pertama datang dari dimensi Kesehatan. Pada tahun 2020, Usia Harapan Hidup (UHH) yang merepresentasikan dimensi umur panjang dan hidup sehat meningkat dari tahun sebelumnya. Dalam setahun, Sulsel telah berhasil meningkatkan UHH saat lahir sebesar 0,14 tahun.

Pada tahun 2019, UHH saat lahir di Sulsel sebesar 70,43 tahun dan pada tahun 2020 telah mencapai 70,57 tahun. Artinya, bayi yang lahir pada tahun 2020 akan memiliki harapan hidup hingga usianya mencapai sekitar 70 tahun 6 bulan. UHH yang tinggi mengindikasikan kondisi kesehatan yang semakin bagus di masyarakat. Kondisi kesehatan ini sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas Kesehatan dan jumlah tenaga medis yang ada.

Penyebab selanjutnya adalah dari dimensi pendidikan. Meningkatnya Harapan Lama Sekolah (HLS) menjadi pertanda positif bahwa semakin banyak penduduk di Sulsel yang bersekolah. Pada tahun 2020, HLS di Sulsel telah mencapai 13,45 yang berarti bahwa anak-anak usia 7 tahun pada saat sekarang memiliki peluang untuk menyelesaikan pendidikannya hingga 13 tahun mendatang, atau setara dengan pendidikan Diploma.

Sementara itu, Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) di Sulsel tumbuh 1,45 persen selama setahun terakhir. Pada tahun 2019, RLS di Sulsel sebesar 8,26 tahun dan pada tahun 2020 telah mencapai 8,38 tahun, atau meningkat sebesar 0,12 tahun.

Pertumbuhan yang positif ini mengindikasikan adanya perbaikan kualitas manusia di Sulsel yang lebih baik. Sehingga pada tahun 2020, dapat disimpulkan bahwa secara rata-rata penduduk Sulsel usia 25 tahun ke atas telah mengenyam pendidikan hingga kelas VIII (SMP kelas 2).

Namun jika dilihat dari dimensi ekonomi, kondisi Sulsel nampaknya juga tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang juga terkena imbas dari adanya pandemi Covid-19. Pengeluaran masyarakat per kapita di Sulsel mencapai 11,079 juta pada tahun 2020. Angka ini sedikit menurun dibandingkan tahun 2019 (11,118 juta), dan keadaan ini pula yang membuat keadaan sosial ekonomi masyarakat Sulsel sedikit mengalami penurunan kualitas.

Hal ini dibuktikan dengan terjadinya kenaikan kemiskinan yang terjadi selama masa pandemi Covid-19. Jumlah penduduk miskin di Sulsel naik dari 8,69 persen (setara 767.800 penduduk) pada tahun 2019 menjadi 8,72 persen (setara 776.830 penduduk) pada tahun 2020, naik sekitar 9.000 orang.

Beberapa hal yang diduga menyebabkan kondisi ini diantaranya adalah akibat terjadinya kontraksi ekonomi Sulsel selama triwulan II pada tahun 2020 (-3,87 persen). Beberapa sektor lapangan usaha banyak yang tidak beroperasi selama masa pandemi dan mengakibatkan terjadinya pengurangan tenaga kerja, sehingga membuat banyak masyarakat kehilangan pendapatannya. Beberapa sektor yang mengalami kontraksi ekonomi, antara lain Industri Pengolahan, Konstruksi, Transportasi dan Pergudangan, serta Penyedia Akomodasi dan Makan Minum.

Namun demikian, perlu kita apresiasi bersama bahwa setidaknya pemerintah daerah Provinsi Sulsel telah berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga agar keberlangsungan pembangunan manusia tetap berjalan secara maksimal ditengah kondisi perekonomian Sulsel yang tidak begitu baik selama masa pandemi Covid-19. Dan tentunya kita semua sama-sama berharap agar pandemi Covid-19 cepat berlalu, dan semua aktivitas bisa berjalan normal kembali seperti sedia kala. (*)

Penulis: Sabiludyn Raka Pradikta, SST (Statistisi Ahli Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto)
error: Content is protected !!