Advertisement - Scroll ke atas
Opini

Santri dan Agen Perubahan

911
×

Santri dan Agen Perubahan

Sebarkan artikel ini
Nur Ana
Nur Ana (Penulis)

OPINI—Setiap tanggal 22 Oktober, bakal di peringati sebagai hari santri. Untuk memperingatinya, tema yang di angkat tahun ini adalah”Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Presiden Prabowo Subianto mengajak para santri menjadi penjaga moral dan pelopor kemajuan.

Dia menyinggung Resolusi Jihad yang dipelopori oleh ulama sekaligus tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945 (24/10/2025, setneg.go.id).

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Berbagai pesantren di wilayah Indonesia menyambut baik peringatan ini, ada yang melakukan upacara, mengadakan lomba, solawatan dsb. Namun, apa yang dilakukan lebih banyak serimonial saja, tidak menggambarkan peran santri sebagai sosok yang faqih fiddin dan agen perubahan.

Jika flashback saat sebelum kemerdekaan, santri dan ulama memiliki peranan yang sangat penting, dimana fatwa ulama yang memobilisasi persatuan santri untuk berjihad mengusir penjajah belanda dari negerinya.

Selain itu, memiliki peran dalam pembentukan dasar-dasar negara. Berbeda saat ini, pesantren-pesantren yang ada sedang di gempur moderasi beragama. Dimana telah masuk kedalam kurikulum belajar. Padahal moderasi beragama sangat berbahaya bagi santri atau pemuda dimana identitas keislaman akan tercabut pada diri santri.

Paham moderasi beragama menganggap bahwa semua agama benar dan pandangan ini bertentangan dengan Islam. Jika hal ini ditumbuh suburkan dikalangan santri maupun umat islam, maka santri akan makin jauh dari pemahaman Islam yang lurus. Selain itu, perlu di pahami bahwa ide moderasi beragama pada dasarnya bagian dari proses sekularisme.

Dimana umat islam harus jauh dari pemikiran yang lurus atau kaffah. Ide ini menyerukan semua agama sama dan toleransi terhadap agama lain, sehingga muncul anggapan semua agama benar padahal sudah sangat jelas bahwa Allah Swt. telah menegaskan, “Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam.” (QS Ali ‘Imran: 19).

Santri dengan pemahaman moderasi beragama tidak diarahkan bervisi dan misi jihad melawan penjajahan gaya baru yakni tidak dengan fisik tapi dengan pemikiran dan penguasaan SDA untuk menjaga umat dan syariat. Peran strategis santri dan pesantren justru dibajak untuk kepentingan mengokohkan sistem sekuler kapitalisme. Santri disibukkan dengan kegiatan- kegiatan yang jauh dari arah perubahan.

Visi misi pesantren dan jati diri santri harus di jauhkan dari pemahanam moderasi agama. Sebab islam bertentangan dengan konsep dan tujuan moderasi. Islam menginginkan pemuda memiliki kepribadian kaffah bukan kepribadian sekuler.

Santri memiliki peran yang stategis dalam menjaga umat dan mewujudkan peradaban islam cemerlan. Dimana peran stategi tersebut ialah fakih fiddin dan menjadi agen perubahan menegakkan syariat islam. Namun, jika masih ada pemahaman moderasi beragama di dalam pesantren, maka fikih fiddin dan menjadi agen perubahan tidak akan terwujud.

Sehingga aktivitas pesantren harus mengarah sesuai syariat islam. Santri harus kembali kepada jati diri yang sesungguhnya yaitu sebagai hamba Allah yang taat terhadap syariat islam dan menjadi generasi yang memperjuangan kebangkitan Islam. Sehingga peran mereka sebagai agen perubahan sekaligus sebagai pejuang untuk melawan penjajahan akan benar-benar kembali.

Untuk meraih semua itu tidak terlepas dari peran negara dalan menerapkan sistem dan kurikulum pendidikan yang sesuai syariat islam. Dimana negara memfasilitasi keberlangsungan pesantren dari berbagai aspek, seperti menerapkan kurikulum pendidikan berbasis akidah islam, menyediakan fasilitas yang memadai, memberikan gaji guru yang layak, atau bahkan negara memberikan pendidikan gratis. Ini semua akan terwujud jika sistem yang diterapkan ialah sistem islam. Dimana asas dari negara tersebu berdasarkan akidah islam. (*)

 

Penulis: Nur Ana

 

 

 

***

 

 

 

Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.

error: Content is protected !!