OPINI—Teknologi pesawat terbang telah mengubah sejarah manusia karena mampu membawa seseorang bepergian jauh dengan waktu yang relatif singkat, selain itu yang lebih penting transportasi penerbangan memiliki posisi stategis untuk kemajuan ekonomi suatu bangsa.
Selain memudahkan konektivitas, transportasi penerbangan terbukti efektif dalam melancarkan roda ekonomi masyarakat. Hanya saja harga tiket pesawat kian hari semakin melambung tinggi.
Harga tiket pada aplikasi pemesanan tiket seperti Tiket.com atau Traveloka, harga tiket dari Jakarta menuju destinasi wisata seperti Bali atau Labuan Bajo, lebih mahal ketimbang penerbangan menuju Singapura.
Sebagai contoh di Tiket.com, harga tiket pesawat Jakarta-Labuan Bajo kisaran Rp1,6 hingga Rp 2,5 Juta sementara Jakarta-Bandara Changi, Singapura paling murah di harga Rp 1,2 Juta (tirto.id).
Bahkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Inverstasi Luhut Binsar Panjaitan menyebut harga tiket pesawat Indonesia tercatat paling mahal di ASEAN dan nomor dua termahal di dunia.
Menanggapi hal tersebut Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Salahuddin Uno memastikan bahwa pemerintah telah membentuk satuan tugas (satgas) penurunan harga tiket pesawat.
Pembentukan satgas ini sebagai tindak lanjut pemerintah menciptakan harga tiket pesawat yang lebih efisisen di Indonesia. Ia menjelaskan, satgas tersebut terdiri dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), serta Kementerian/Lembaga (K/L) terkait lainnya.
Satgas ini menergetkan penurunan harga tiket pesawat sebesar 10% sebelum pemerintah Presiden Joko Widodo berakhir pada Oktober 2024.
Menparekraf juga menuturkan bahwa bukan hanya bahan bakar avtur yang berkontribusi membuat harga tiket pesawat mahal di dalam negeri. Terdapat aspek lain, seperti beban pajak hingga beban biaya operasional.
Mengapa Mahal?
Era ini, transportasi udara sudah menjadi kebutuhan bagi banyak warga masyarakat karena dengan adanya pesawat penerbangan akan sangat memudahan aktivitas manusia ketika bepergian jauh.
Selain itu, dapat meningkatkan arus ekonomi, maka dari itu menuntut pemerintah untuk membenahi segala hal yang terkait trasnportasi udara, termasuk membenahi harga tiket pesawat.
Melambungnya harga tiket pesawat bukan hanya terjadi saat volume permintaan meningkat seperti hari raya dan hari libur tetapi begitupun hari-hari biasa harga tiket pesawat tidak jauh berbeda.
Pemerintah mengemukakan alasan mengenai harga tiket domestik yang terlampau mahal dikarenakan terdapat pungutan yang pemerintah sisipkan pada tiket pesawat, seperti pajak pertambahan nilai (PPN) 11%, iuran wajib asuransi Jasa Raharja, retbusi bandara (PJP2U), termasuk biaya “titipan” dalam harga avtur (pungutan tipa distribusi avtur oleh penguasa bandara).
Untuk penerbangan domestik, harga avtur dikenakan pajak PPN 11% dan 0,25% oleh BPH Migas, sementara penerbangan internasional tidak dikenakan sama sekali.
Selain karena PPN dan biaya operasional, juga terjadi persaingan usaha yang tidak sehat yang orientasinya pasti mengutamakan untung – rugi. Apalagi di Indonesia saat ini hanya didominasi oleh dua group penerbangan yang menguasai 96% pasar penerbangan domestik.
Ketika kita memahaminya secara mendalam semua itu hanyalah akibat dari penerapan ekonomi kapitalisme yang menjadikan transportasi udara sebagai jasa yang harus dikomersilkan atau sebagai objek bisnis, alhasil harga tiket pesawat terus meningkat.
Kemudian negara yang harusnya berperan sebagai regulator (pelayan) bagi kepentingan masyarakat beralih menjadi pelayan bagi para korporasi sehingga transportasi udara berada dalam kendali korporasi.
Masalah mahalnya tiket pesawat nyatanya bukan sekedar akibat adanya biaya tambahan pada harganya. Lebih mendasar lagi, adanya kebijakan yang lahir dari paradigma kapitalistik yang mereduksi peran negara dalam mengurus rakyatnya.
Islam Solusinya
Dalam Islam, transportasi merupakan kebutukan publik yang menjadi tanggung jawab negara. Negara yang berfungsi sebagai pelayan dan pengurus rakyat harus berusaha semaksimal mungkin dalam mewujudkan kebutuhan masyarakat pada bidang transportasi karena amanah kekuasaan harus ditunaikan sebagai wujud keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Penerapan sistem kehidupan Islam berikut sistem politik-ekonominya bisa meyelesaikan masalah mahalnya harga tiket pesawat ini. Konsep Islam mampu mewujudkan kemandirian negara dalam mengelola transportasi udara sehingga harga tiket menjadi murah.
Kemandirian itu setidaknya mencakup empat hal. Pertama, kemandirian bahan bakar minyak penerbangan. Dengan penerapan Islam dalam pengelolaan migas meniscayaan terwujudnya kemandirian bahan bakar minyak penerbangan baik yang berjenis aviation turbine fuel (avtur) maupun aviation gasoline (avgas) karena potensi minyak mentah begitu berlimpah dinegeri ini yang menjadikan ribuan blok migas tersebut berstatus harta milik umum sehingga avtur yang dihasilkan darinya jga termasuk harta milik umum.
Kedua, kemandirian terknologi dirgantara dengan berbagai aspeknya, seperti pesawat terbang, terknologi navigasi dan komunikasi, bandar udara serta segala fasilitasnya Indonesia terbukti bisa.
Putra-putri bangsa Indonesia terbukti mampu membuat pesawat yang dibutuhkan untuk moda transportasi penerbangan antar pulau. Pesawat terbang N-250, CN-212, CN-235 menjadi bukti peluang bangsa ini mampu menguasai berbagai teknologi kedirgantaraan.
Ketiga, kemandirian sumber saya manusia penerbangan, seperti awak pesawat, pilot, para teknisi penerbangan yang terdidik dan terlatih profesional. Keempat, kemandirian standarisasi. Pada faktanya, aspek standarisasi ini telah menjadi jalan bagi hegemoni transpostasi udara baik pada aspek industri pesawat, infrastruktur, maupun sumber daya manusia penerbangan.
Maka hanya dengan penerapan sistem Islam, terbang murah secara berkualitas, aman, dan nyaman benar-benar bisa diwujudkan. (*)
Penulis: Riskiani, S.Pd (Pengajar)
***
Disclaimer: Setiap opini/artikel/informasi/ maupun berupa teks, gambar, suara, video dan segala bentuk grafis yang disampaikan pembaca ataupun pengguna adalah tanggung jawab setiap individu, dan bukan tanggungjawab Mediasulsel.com.