Advertisement - Scroll ke atas
  • Ramadhan 1445 H
  • Pemkot Makassar
  • Pemkot Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
  • Universitas Dipa Makassar
Opini

Corona Menuju Ketidakpastian Petani

371
×

Corona Menuju Ketidakpastian Petani

Sebarkan artikel ini
Dr. Wahid Erawan, Dosen Universitas Garut, Ketua Umum Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI)
  • Pemprov Sulsel
  • PDAM Kota Makassar

OPINI – Perokonomian pertanian saat ini sedang diliputi tingkat ketidakpastian yang cukup tinggi seiring dengan keadaan wabah corona.

Sebelumnya pun sudah terjadi fonomena alam yang musim kemarau berkepanjangan kekeringan terjadi dan banjir takala musim hujan banjir bandang mengakibatkan gagal panen, dinamika sosial dimana pengembangan hasil pertanian tidak hanya terbatas pada peningkatan produksi, namun juga harus mempertimbangkan keberlanjutannya.

Advertisement
Scroll untuk melanjutkan

Kebijakan selama ini hanya terbatas pada peningkatan produksi yaitu pemberian modal usaha. Hal ini diperlukan formula pengembangan hasil pertanian skala rakyat, begitu pula perubahan politik yang selalu terjadi perubahan pengambilan kebijakan.

Hal demikian akan mengalami kesulitan dipecahkan secara parsial dalam menangani permasalahan yang komplek tetapi dibutuhkan penyelesaian secara terpadu.

Sehingga tidak berfikir dan cenderung menganggap mudah penyelesain dalam keadaan ketidakpastian mengenai perekonomian pertanian.

Kita tidak bisa memprediksi dan menduga sebelumnya akan ada wabah corona yang dapat menjadi pemicu tragedi kemanusian yang dialami hampir seluruh negara sehingga dapat juga menggangu produksi pangan secara signifikan.

Pemerintah mungkin saat ini bisa mengklaim aman aparat pemerintah telah melaksanakan tugas dengan baik, memberi bantuan dan perhatian memadai, masyarakat telah mampu mengendalikan sebagaian masalah.

Produksi pangan semakin bergeser waktu akan terus menurun dan cadangan makanan akan semakin habis. Harga pangan melonjak tinggi dan merembet pada persoalan perekonomian yang semakin komplek.

Ketidakpastian semakin menajam dengan Ketimpangan yang saat ini yang terjadi dinegeri setelah wabah corona terutama perekonomian pertanian.

Pertama, Pertumbuhan ekonomomi yang dianggap berkualitas apabila perekonomian tidak terlalu banyak dihantui oleh persoalan besar yakni kemiskinan dan pengangguran.

Kemiskinan yaitu persoalan tersendiri dalam pembangunan ekonomi, disamping angka kemiskinan dipedesaan yang sebagian besar bekerja di pertanian.

Lihat Juga:  Kekerasan Berbasis Gender, Pandangan Keliru Kaum Feminis

Kejadian wabah corona kemiskinan semakin memperlebar kesulitan yang tidak bisa dianggap remeh. Siapa pun yang menjadi pemimpin akan sulit menganggulangi kemiskinan dan pengangguran jika penyelesaiannya hanya untuk sesaat apalagi permasalahannya yang komplek terutama masalah pertanaian.

Saat ini sumberdaya manusia perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga dalam peningkatan perekonomian pertanian harus mengikuti perkembangan teknologi yang ada sehingga mendorong inovasi yang mampu meningkatkan keahlian sumber daya manusia dan dimensi kemanusian dalam pelayanan.

Saat ini pemerintah selain harus bijak pembagian pupuk, benih dan alat alat pertanian karena hanya kepentinggan sesaat tapi lebih eloknya yang paling bijak pemerintah juga membeli hasil pertanian dari para petani yang layak dengan harga sesuai.

Pembagian sarana petanian itu akan lebih membawa dampak horizontal yang lebih produktif apabila pemerintah lebih serius melatih keterampilan dan memberdayan pemuda desa. Dengan demikian dampak corona akan dapat menekan mengurangi kemiskinan dan pengangguran.

Kedua, Alhamdulillah pemerintah begitu serius Pembangunan infrastruktur transportasi perdesaan guna mendukung peningkatan aksessibilitas masyarakat desa dan infrastruktur yang mendukung produksi pertanian.

Namun demikian, infrastuktur yang sudah dibangun dengan adanya wabah corona pemerintah mengeluarkan kebijakan diam dirumah.

Musim panen kebimbangan bandar untuk membeli hasil pertanian merasa berspekulasi tinggi khawatir penjualan tidak lancar karena pembeli kemungkinan menurun, walau makanan merupakan kebutuhan primer.

Bandar yang mempunyai modal besar kemungkinan bisa berspekulasi berani membeli barang hasil panen petani namun hal itu tidak menyentuh kepada petani kecil.

Begitu pula musim tanam banyak petani yang menunda musim tanamnya karena wabah corona yang warga diharuskan tinggal di rumah, dengan keterlambatan pupuk dan benih yang datang ke petani mengakibatkan penanaman terganggu.

Lihat Juga:  Liberalisasi Generasi Lewat Aturan Minol

Sehingga pemerintah dan stakeholder harus berperan aktif menjemput bola dengan mengambil kebijakan yang cepat dan menguntungkan khususnya petani.

Ketiga, yang kerap tidak kepada seluruh kalangan petani di beberapa daerah. Kebanyakan petani menilai program bantuan yang diberikan pemerintah kurang efektif untuk memperabiki kesejahteraan petani.

Subsidi benih dimana petani menilai program ini kurang efektif untuk membantu karena benih subsidi berisiko berkualitas buruk.

Selain itu,benih subsidi juga memiliki ketidakpastian pendistribusian sehingga petani lebih memilih untuk menggunakan benih non subsidi.

Para pedagang kecil di daerah menjual pupuk subsidi melebihi harga eceran tertinggi untuk mengurangi biaya operasional pengangakutan pupuk tersebut.

Akan lebih tepatnya bukan hanya bantuan pupuk dan benih yang disubsidi tetapi dengan terjadinya wabah corona petani sangat mengharapkan hasil panennya pun disubsidi.

Keempat, petani tidak mengharpakan adanya aturan yang menyulitkan untuk melakukan ekspor karena saatnya dengan adanya wabah corona minimal kita tidak impor hasil pertanian.

Kita tingkatkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian sehingga bisa ekspor bersaing dengan negara-negara lain.

Untuk menuju berkembangnya dengan baik peningkatan komoditas pertanian bangkit kembali, semua harus terlibat dengan kerjasama berbagai pihak untuk meningkatkan pemanfaatan kekayaan alam yang diberikan oleh Allah swt kepada negeri tercinta ini. (*)


Penulis: Dr. Wahid Erawan, Dosen Universitas Garut, Ketua Umum Gerakan Tani Syarikat Islam (GERTASI)

error: Content is protected !!